RINDU KAMI PADAMU YA RASUL, PENUHILAH SELURUH BILIK KERINDUAN KAMI DENGAN SYAFAAT CINTAMU RINDU RASULKU: Bapak Plesiden (Bagian II)

08 Maret 2009

Bapak Plesiden (Bagian II)

Tangis Afifah seketika direm mendadak meski segukkan masih sesekali keluar, ia lantas berlari mengambil tangan bapak dan menari-nariknya kearah pintu.
“Afifah mau kemana?”
Bapak beberapa kali bertanya dengan pertanyaan itu sembari berjalan mengikuti arah tarikan tangan Afifah. Ketika sudah melewati pindu rumah…
“Antelin Afifah kesulga sekalang, Afifah pengen ketemu sama bapak Plesiden semua manusia itu!”
Bapak mengerem langkahnya sembari tertawa kecil, Bunda yang mengikuti dari belakangpun juga terlihat menangkupkan tangan kanan dibibir untuk menutupi tawanya.
“Kenapa bapak malah ketawa? Bunda juga?”
Afifah lalu terdiam sejenak menatap mereka berdua.
“Kita belum diizinkan pergi kesurga, semoga Allah nanti mengizinkan kita masuk kesana sekeluarga!”
Mendengar jawaban bapak, seketika itu Afifah berlari kedalam rumah, Bunda dan bapak mengikuti dari belakang. Afifah mengambil gagang telpon dan menempelkannya kearah telinga dan mulutnya.
“Berapa nomolnya bunda?”
“Nomor siapa sayang?”
Bunda menyahut.
“Nomol telepon lumahnya Allah, bial Afifah mintain izin supaya kita bisa masuk ke sulga, bial kita bisa ketemu sama bapak Plesiden!”
Bunda dan bapak kembali menyuguhkan tawa kecil dari wajah mereka untuk semua keluguan Afifah, sementara Afifah terlihat kesal, seketika itu juga ia banting gagang telepon, menarik napas panjang untuk sebuah ancang-ancang, dan… Afifah kembali mengeluarkan jurus andalannya dengan tekanan yang lebih tinggi dan keras~ menangis.
Bapak melangkah mendekati tasnya yang tersimpan diatas lantai dekat pintu rumah, membuka resletingnya, mengeluarkan sesuatu dari dalam tas itu dan langsung menyembunyikannya dibelakang punggungnya, ia berjalan mendekati Afifah dan berjongkok dihadapan dia yang sedang beratraksi guling sini guling sana mengeksplorasi lantai.
“Sayang… bapak bawain hadiah buat Afifah, mau?”
Afifah tak memperdulikan bujuk rayu bapak.
“Bapak bawain minuman kesukaan ade loh, mau ga? Kalau ga mau bapak kasih bunda nih!”
Afifah sedikit terprovokasi dengan lontar ancaman bapak, Afifah menoleh setengah malu-malu tapi mau. Sembari masih menangis…
“Bapak bawa apa!”
“Kalau nangisnya berhenti, bapak janji ngasih tau Afifah!”
Dan seketika itu entah kenapa tangisan Afifah terhenti seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa disana.
“Ini dia…”
Bapak memperlihatkan barang yang disembunyikan dibelakang punggungnya, Afifah berdiri hendek merebut benda itu, tapi bapak keburu menghindarkannya dari sabetan tangan Afifah.
“Senyum dulu dong!”
Bapak genit menggoda Afifah, Afifahpun akhirnya memaksakan senyum untuk bapak. Benda itupun jatuh dalam kekuasaan tangan Afifah, ia mengambil sedotan yang menempel dibungkusnya, menusukkannya dan siap menyedot susu rasa strobery kesukaan Afifah, sepersekian detik bibir Afifah menempel disedotan itu…
“Eit… bidadari bapak udah lupa baca basmalah ya!”
Napas Afifah tertahan dan senyuman melayang kemudian.
“Bismillahirrahmaanirrahim!”
Tanpa menunggu lama iapun menyeruput susu dalam kemasan itu, satu menit kemudian kemasan itupun tergeletak dilantai tak bertuan karena susu telah kering darinya. Afifah sepertinya sudah terlanjur kelelahan, ia melangkah menggapai tangan bunda dan menganjaknya masuk kedalam kamar untuk mengakhiri hari ini dengan tidur.
Setelah dibimbing bunda sama-sama membaca ayat kursi, qulhuwallahu ahad, qul a’uudzubiribbil falaq, qul a’uudzubiribbinnas sama bismika, Afifahpun mulai memejamkan mata.
“Sayang…”
Afifah membuka kembali matanya mendengar sapaan bunda.
“Kalau Afifah pengen ketemu sama bapak Presiden seluruh manusia, Afifah harus sering-sering baca shalawat untuk beliau…”
“Gimana bacaan shalawatnya bunda?”
“Allahumma shalli wa sallim ala sayyidina Muhammad”
Setelah beberapa kali diulangi oleh bunda, Afifahpun hafal dengan bacaan shalawat itu, dan ia terus mendawamkannya hingga iapun sudah tak sadar terlelap dalam tidurnya yang damai.

***
Didalam kamar, Bunda sedang duduk diatas sajadah baru memulai membaca surat Yasin setelah selesai dzikir ba’da shalat subuh, sementara bapak belum pulang dari masjid, biasanya setengah enam baru pulang, ini baru jama lima pagi. Ketika baru sampai diayat kesebelas, Bunda berhenti sejenak untuk merenungi arti ayat tersebut, tak tahu kenapa ia berhenti disana.
“Sesungguhnya kamu (Muhammad) hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihatNya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.”

Bersambung...

0 give your comments at here:

Posting Komentar