RINDU KAMI PADAMU YA RASUL, PENUHILAH SELURUH BILIK KERINDUAN KAMI DENGAN SYAFAAT CINTAMU RINDU RASULKU: April 2009

28 April 2009

Karena Satu Nama











Keagungan rasa begitu dahsyat membuncah dan membahana dalam dada
Diiringi lantunan murotal yang teramat indah
Menghujamkan sketsa namamu dititik terdalam jiwaku
Hingga segumpal daging dalam dadaku berucap mantap
Kaulah karunia sang Maha Pencipta Cinta
Untuk menolong umat yang sekarat di dunia dan akhirat
Menolong lolong mereka yang ketakutan setengah mati ketika disidang dalam adil Mizan-nya
Serta menuntun kami meniti bentang panjang shiraatal Mustaqiim
Keagungan rasa begitu dahsyat membuncah dan membahana dalam dada
Karena satu nama
Muhammad putra Abdullah cucu Abdul Muthalib
Keturunan mulia dari bani Quraisy.

Purwokerto, 28 04 09 09 59.

Read More...

Berubahlah!













Celakalah mereka
Yang pengumpat dan pencela
Yang mengumpulkan harta
Dan menghitung-hitungnya
Dan mengira hartanya
Akan mengekalkannya
Karena sesungguhnya
Sama sekali tidak
Berubahlah
Berubahlah…
Sebelum kau dilemparkan ke dalam khutamah
Api yang disediakan
Api yang dinyalakan
Oleh sang maha Pencipta
Api Yang ditutup rapat bersamamu
Dan kau terikat ditiang-tiang yang panjang
Api yang membara sampai ke hati
Api yang membakar sampai ke hati.

Purwokero, 22 04 09 16 03 (Diambil dari lagu Doel Sumbang: Berubahlah)

Read More...

Menghidupkan Kecintaan kepada Rasulullah SAW

“Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih kucintai daripada diriku, dan anakku,” kata seorang sahabat suatu hari kepada Rasulullah Muhammad saw. “Apabila aku berada di rumah, lalu kemudian teringat kepadamu, maka aku tak akan tahan meredam rasa rinduku sampai aku datang dan memandang wajahmu. Tapi apabila aku teringat pada mati, aku merasa sangat sedih, karena aku tahu bahwa engkau pasti akan masuk ke dalam surga dan berkumpul bersama nabi-nabi yang lain. Sementara aku apabila ditakdirkan masuk ke dalam surga, aku khawatir tak akan bisa lagi melihat wajahmu, karena derajatku jauh lebih rendah dari derajatmu.”

Mendengar kata-kata sahabat yang demikian mengharukan hati itu, Nabi tidak memberi sembarang jawaban sampai malaikat Jibril turun dan membawa firman Allah berikut: “Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah; yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, syuhada dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. 4:69)

Mencintai Rasulullah adalah sebuah prinsip dan kewajiban dalam agama Islam, bukan sebuah pilihan yang notabenenya adalah mau atau tidak. Terhadap Muhammad, seorang Muslim harus menyimpan rasa cinta betapapun kecilnya. Karena cinta merupakan dasar dan landasan yang bisa mengantar seseorang pada pengetahuan dan keikutsertaan. To know Indonesia is to love Indonesia, begitu kata sebuah iklan yang mempromosikan Indonesia. Untuk bisa “tahu” terlebih dahulu harus menyimpan rasa “cinta”.

Cinta memang duduk sebagai sebuah landasan untuk mengetahui siapa Muhammad saw. Karena itu cinta kepada Muhammad bukan hanya sunat, tapi wajib, yang darinya seorang Muslim akan bisa mengenalnya lalu kemudian mencerminkan diri padanya. “Setiap orang akan senantiasa bersama orang yang dicintainya,” begitu pesan Nabi.
Cinta memang laksana air mengalir yang memindahkan seluruh sifat dan karakter si kekasih kepada yang men-cintainya.

Ketika Allah mewajibkan umat manusia untuk mencintai Nabi Muhammad, maka instruksi tersebut jelas bukan sebuah perintah tanpa tujuan. Karena mustahil Allah akan memerintahkan sesuatu yang sia-sia. Tetapi tujuan tersebut juga bukan sesuatu yang kepentingannya akan kembali kepada Allah atau Rasul-Nya, karena Allah Swt Mahakaya dari butuh pada sesuatu; dan Rasul-Nya juga tidak butuh pada interes tertentu. Dengan demikian mencintai Rasulullah adalah sebuah perintah yang manfaatnya semata-mata untuk kepentingan manusia itu sendiri. Lalu, apa manfaat dari mencintai Rasulullah?

Ada manfaat yang instant dan yang jangka panjang. Di antara manfaat yang segera akan kita rasakan adalah terpautnya hati pada pribadi Muhammad saw. Apabila kita jujur dalam mencintai Muhammad, maka hati kita akan merindukan Muhammad; sama persis seperti tokoh kita di atas merindukan Rasulullah. Bedanya adalah dia bisa mengobati rindunya dengan mendatangi Muhammad secara langsung, sementara kita mengobati rindu dengan hanya menye-butnyebut namanya. “Barang siapa mencintai sesuatu maka dia akan menyebut-nyebutnya,” kata Imam `Alî bin Abî Thâlib kw.

Apabila kita jujur dalam mencintai Muhammad saw, maka jiwa kita akan terbentuk dan tercermin pada jiwa Muhammad saw. “Bukti cinta adalah mendahulukan sang kekasih di atas selainnya,” begitu kata Imam Ja’far al-Shadiq as.

Apabila kita jujur mencintai Muhammad, maka kita akan berupaya mencari tahu segala sesuatu tentang dirinya; kehidupan pribadinya, kehidupannya dalam keluarga, dengan sesama saudara, dengan lingkungannya, dan lain sebagainya. Apabila kita ingin mengetahui sejarah Muhammad dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pribadi manusia yang agung ini, hendaklah diawali dengan rasa cinta terlebih dahulu. Apabila sudah tertanam rasa cinta, maka akan timbul sikap sungguh-sungguh untuk mengetahuinya secara akurat dan mendalam. Pengetahuan yang tidak dilandasi pada dasar cinta akan berakibat rancu, setengah-setengah dan kurang sempurna. Dari situ kita akan mengetahui mengapa Allah Swt mewajibkan kita untuk mencintai Muhammad saw, bahkan sebelum kita mengetahuinya sekalipun.

Di antara manfaat jangka panjang dari rasa cinta kita pada Muhammad saw adalah seperti yang difirmankan oleh Allah Swt dalam surat yang kita kutip di atas; bahwa dia kelak akan bersama para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang saleh. Bahkan dalam sebuah hadis Nabi saw bersabda: “Cinta padaku dan cinta pada Ahli Baitku akan membawa manfaat di tujuh tempat yang sangat mengerikan: di saat wafat, di dalam kubur, ketika dibangkitkan, ketika pembagian buku-buku catatan amal, di saat hisab, di saat penimbangan amal-amal dan di saat penitian shirat al-mustaqim.”

Cinta Murni dan Cinta Semu
Ada jenis kategori cinta. Pertama, cinta yang berakhir dengan kebosanan. Untuk ini kita sebut saja dengan cinta semu. Kita cinta pada dunia, harta, anak-istri dan sebagainya. Cinta kita pada mereka tidak selamanya meluap-luap bak api membara. Ada saatnya cinta kita redup, bahkan kadang-kadang mati sama sekali. Kita mencintai anak kandung kita. Tapi apabila tiba-tiba dia durhaka pada orangtua, maka cinta bisa berbalik murka. Kita cinta pada dunia kita, yang halal tentunya. Tapi kadang-kadang timbul kebosanan sedemikian rupa sehingga kita meninggalkannya secara total. Cinta seperti itu adalah cinta semu, sebuah cinta yang berakhir pada kebosanan.

Kedua, cinta murni. Jenis cinta ini adalah cinta yang senantiasa hangat dan membara. Dengan cinta itu dia mengejar kekasihnya, melakukan sesuatu karena kekasihnya, bahkan mau mati semata-mata karena kekasihnya. Cinta seperti ini adalah cinta yang tidak pernah bosan dan berakhir. Cinta murni adalah sebuah cinta yang terbit untuk Allah Swt. Imam `Alî berkata: “Cinta pada Allah adalah api yang membakar segala sesuatu yang dilewatinya.”

Karena cinta pada Allah, maka orang-orang mukmin mau mati di jalan-Nya. Cinta pada Allah memang bisa membakar setiap usaha yang menghalanginya. Imam al-Shadiq berdoa: “Ya Sayyidi, aku lapar dan tidak pernah kenyang dari mencintaiMu; aku haus dan tidak pernah puas dari mencintai-Mu. Oh. betapa rindunya pada Dia. Yang melihatku tapi aku tidak melihat-Nya.”

Dalam hadis yang lain beliau bersabda: Tentu cinta pada Allah adalah sejenis cinta murni. Tidak terselubung di dalamnya rasa benci, enggan dan murka. Cinta pada Allah adalah cinta pada kemutlakan; cinta yang tidak bertepi dan tidak berujung. Tapi bagaimana dengan cinta pada Muhammad saw? Apakah cinta kepada Muhammad yang diwajibkan Allah kepada kita adalah sejenis cinta semu atau cinta murni. Nabi saw bersabda: “Cintailah Allah karena nikmat yang telah dianugerahkan-Nya pada kalian, cintailah aku karena cinta Allah (padaku) dan cintailah Ahli Baitku karena cintaku.”"Tidak beriman seorang hamba sehingga aku lebih ia cintai daripada dirinya sendiri dan itrah (keluarga)-ku lebih ia cintai ketimbang keluarganya.”

Melihat hadis ini dan hadis-hadis sejenis yang lain terasa bahwa tuntutan untuk mencintai Muhammad dan keluarganya bukan sejenis cinta semu yang kapan pun boleh hilang atau dihilangkan. Secara vertikal, ketika kita mencintai mereka sebenarnya kita juga mencintai Allah dan ketika kita membenci mereka kita pun membenci Allah.
“innama yuridullahu liyudzhibaankum ‘rijsa ‘ahlul bayt wa yuthahirakum tadzhira”
(Sungguh tiada lain Allah berkehendak memelihara kamu dari dosa-dosa, hai Ahlul bayt nabi dan mensucikan kamu dengan sesuci-sucinya QS.Al-Ahzab 33)


Purwokerto 10 Maret 2009 (ini bukan tulisanku sendiri, tapi mohon maaf, aku tak tahu dari mana sumbernya ataupun siapa penulisanya, jika ada yang berkenan memberi tahu, silahkan postkan di komentar.)

Read More...

Berebut Kasih











Dalam…
Kehangatan rahim Aminah
Kun fa yakun, terciptalah raga nan perkasa Rasulullah
Putihnya air susu Halimah
Mengalirkan jiwa suci Nabiyullah
Kegigihan Khadijah
Membangun ghirah baja Khalifatullah
Kelembutan Aisyah
Merebakkan wangi kasturi Habibullah

Muhammad al-Musthafa,
Kisah Paduka di antara mereka
Dari hati yang tenang
Teruntuk jiwa yang menang

Ya Badraz Zaman,
Kau sinaran jiwa-jiwa yang haus kasih
Lunglai terasa perih
Ulu hati dalam lorong-lorong sunyi
Ingin segera berlari
Menjemput cawan kehangatan, lentera hati
Dalam dekapan terbelai
Sekeping hati
Titipan Ilahi

Ku mengemis kasih…
Berebut kekasih Sang Maha Kasih
Syafaat yang ‘kan kau beri
Shalawat dan salam terpatri
Bagi Baginda sejati.


By: Izzah Anwar at webersis.com
Purwokerto, 10 Maret 2009

Read More...

Rumah Tangga Nabi Muhammad SAW

Judul buku : Rumah Tangga Nabi Muhammad SAW.
Penulis : H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini
Penerbit : Pustaka Hidayah
Banyak halaman: 1227 Halaman.

Testimonial:
“Dengan memanjatkan puji dan syukur k ehadirat Allah SWT, Majelis Ulama Indonesia menyambut baik atas terbitnya buku ini. Karena, disamping mengandung nilai-nilai sejarah dari kehidupan kaum ibi terdahulu dan kehidupan Rasulullah SAW., juga mengandung suri tauladan yang baik dari kehidupan rumah tangga beliau SAW.”
Alm. K.H. Hasan Basri,Mantan Ketua MUI.

“Kepustakaan islam wajar bersyukur ke hadirat Allah SWT atas terbitnya buku ini. Kita dapat menulai karya ini sebagai buku sejarah yang amat kaya dengan informasi dan bahan rujukan utama yang dapat dipertanggungjawabkan. Sedemiian kaya informasi itu sehingga tidak mudah ditemukan informasi baru berkaitan dengan apa yang disuguhkan, atau yang sama nilainya dengan apa yang dihidangkan oleh penulis. Kecuali keistimewaan tersebut, karya ini juga memiliki nilai tambah lainnya, yaitu bahwa dari sela-sela uraiannya pembaca akan dapat merasakannya bagai sebuah novel. Imajinasi penulis mampu membawa kita hidup ditengah gejolak jiwa para pelaku sejarah, dengan melukiskan nabi Muhammad SAW., para isteri dan putera-puteri beliau sebagai manusia- walaupun amat agung dan anggun… buku ini sungguh merupakan salah satu karya yang patut dibaca oleh setiap keluarga yang mendambakan kedamaian dan kesejahteraan hidup didunia dan akhirat, lebih-lebih dalam era dimana nilai-nilai kehidupan rumahtangga telah luntur.”
Prof. Dr. Quraish Shihab, M.A.

Read More...

Beliau Tentu Tersenyum...

Bayangkan apabila Rasulullah dengan seijin Allah tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita. Beliau datang dengan tersenyum dan muka bersih di muka pintu rumah kita, Apa yang akan kita lakukan? Mestinya kita akan sangat berbahagia, memeluk beliau erat-erat dan lantas mempersilahkan beliau masuk ke ruang tamu kita. Kemudian kita tentunya akan meminta dengan sangat agar Rasulullah sudi menginap beberapa hari di rumah kita. Beliau tentu tersenyum........

Tapi barangkali kita meminta pula Rasulullah menunggu sebentar di depan pintu karena kita teringat Video CD rated R18+ yang ada di ruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkan dahulu video tersebut ke dalam.

Beliau tentu tetap tersenyum........

Atau barangkali kita teringat akan lukisan wanita setengah telanjang yang kita pajang di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang secara tergesa-gesa.
Barangkali kita akan memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang ada di ruang samping dan kita meletakkannya di ruang tamu.

Beliau tentu tersenyum.......

Bagaimana bila kemudian Rasulullah bersedia menginap di rumah kita? Barangkali kita teringat bahwa kita lebih hapal lagu-lagu barat daripada menghapal Shalawat kepada Rasulullah SAW.
Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW karena kita lupa dan lalai mempelajarinya.

Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah dan sahabatnya tetapi hapal di luar kepala mengenai anggota Indonesian Idols atau AFI.
Barangkali kita terpaksa harus menyulap satu kamar mandi menjadi ruang shalat. Atau barangkali kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian yang pantas untuk berhadapan kepada Rasulullah.

Beliau tentu tersenyum........

Belum lagi koleksi buku-buku kita. Belum lagi koleksi kaset kita. Belum lagi koleksi karaoke kita. Kemana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita?
Barangkali kita menjadi malu diketahui junjungan kita bahwa kita tidak pernah ke masjid meskipun adzan berbunyi.

Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu karena pada saat Maghrib keluarga kita malah sibuk di depan TV.
Barangkali kita menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita untuk mencari kesenangan duniawi.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan shalat sunnah.
Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca Al-Qur'an.
Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita.

Beliau tentu tersenyum.......

Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita.
Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah bertanya tentang nama dan alamat tukang penjaga masjid di kampung kita.

Betapa senyum beliau masih ada di situ........

Bayangkan apabila Rasulullah tiba-tiba muncul di depan rumah kita. Apa yang akan kita lakukan? Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilahkan beliau masuk dan menginap di rumah kita?

Ataukah akhirnya dengan berat hati, kita akan menolak beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan sangat membuat kita repot dan malu.

Maafkan kami ya Rasulullah.........

Masihkah beliau tersenyum?

Senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir........

Oh betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah........

Pikiran yang terbuka dan mulut yang tertutup merupakan suatu kombinasi kebahagiaan.

Jangan jadikan Penghalang sebagai hambatan, tetapi jadikan sebagai pendorong aktifitas.

Siapa yang mendiamkan saja kejahatan merajalela, dia itu membantu kejahatan!

Sehalus-halusnya musibah adalah ketika kedekatan kita denganNya perlahan-lahan terenggut dan itu biasanya ditandai dengan menurunnya kualitas ibadah.

Purwokerto 10 Maret 2009 (ini bukan tulisanku sendiri, tapi mohon maaf, aku tak tahu dari mana sumbernya ataupun siapa penulisanya, jika ada yang berkenan memberi tahu, silahkan postkan di komentar.)

Read More...

Rindu Tak Henti Mencari Tak Henti Menuju











adakah yang lebih luas dari selaut sabar dan segunung tegarmu, ya Rasul
yang tak tertandingkan
yang membuat ribu badai kalah dan takluk

adakah yang lebih madu dari lembut tutur kata dan santun bahasamu, ya Rasul
yang tak terpuisikan
yang membuat hati jatuh gemetar dan hanyut

adakah yang lebih cahaya dari senyum sederhana dan sahajamu, ya Rasul
yang tak terlukiskan
yang membuat teduh dan sejuk merongga dada

adakah yang lebih mulia dari luhur budi dan bijak akhlakmu, ya Rasul
yang tak terbantahkan
yang membuat tunduk dan hormat semesta alam pun segenap mahluk

adakah yang lebih dalam dari cinta pemimpin kepada umatnya, ya Rasul
yang tak terukurkan
yang sanggup membuat hujan tumpah demikian lebat demikian panjang di matamu sebelum pergi dulu

adakah yang lebih sembilu dari rindu umat kepada pemimpinnya, ya Rasul
yang tak terperikan
yang membuat waktu menunggu begitu siksa begitu ungu
ke dalam barismu, ya Rasul, ke dalam barismu!
rindu tak henti mencari tak henti menuju!

By: Indah IP at webersis.com
Purwokerto, 10 Maret 2009

Read More...

16 April 2009

Rindu Rasul, meraih cinta Ilahi melalui syafa’at Nabi saw.

Judul :Rindu Rasul, meraih cinta Ilahi melalui syafa’at Nabi saw.
Penulis :Jalaluddin Rakhmat
Penerbit: Rosda
Banyaknya halaman: 261

Tuhan adalah awal dan akhir dari segenap kerinduan manusia. Untuk menjadi sempurna, manusia meniti perjalanan ruhaniah dalam mencuntai dan merindukan Tuhan. Tetapi, perjalanan yang ditempuh terasa berat, godaan yang menghadang begitu dahsyat, sehingga banyak manusia menjadi sesat. Untuk itulah Tuhan utus seorang manusia sempurna, sebagai pembimbing dan penunjuk jalan menuju-Nya. Ialah Muhammad Rasulullah, mahluk yang paling utama yang pernah diciptakan Tuhan semesta.
Pada diri Rasulullah ada teladan yang paripurna. Berbahagialah mereka yang sezaman dengan beliau, yang menyaksikan senyum ramah dan kebahagiaan yang terpancar dari muka sucinya. Apa yang harus kita lakukan, ketika waktu memisahkan kita dan Rasulullah padahal kerinduan padanya menggelora dalam diri? Mungkinkan kita, dengan seluruh dosa dan nista yang kita lakukan, memperoleh cinta Ilahi, melalui syafa’at Sang Nabi? Bagaimanakah cerminan sejati seorang pencinta Muhammad yang hakiki?
Jalaluddin Rakhmat, dalam karyanya yang ia tulis khusus sebagai hadiah buat Rasulullah, berupaya menumpahkan segala kerindua seorang manusia pada junjungannya yang suci. Dengan indah, ia memaparkan bagaimana kecintaan kepada Nabi adalah jalan menuju Tuhan yang pasti. Selain menampilkan peristiwa yang mengubah sejarah, Jalaluddin Rakhmat menyajikan pula arti dari syafa’at Nabi dan manfaatnya untuk kita.
Inilah sebuah buku yang berusaha untuk menghadirkan Muhammad Rasulullah dalam keseharian kehidupan kita. Read More...

Belahan Jiwa Rasulullah SAW

Sabda Rasulullah saw :

“Fathimah (Putri Rasul saw) Belahan jiwaku, membuatku marah apa apa yg membuatnya marah” (Shahih Bukhari)
Kita mengenal satu sosok manusia yang sangat dicintai oleh Rasulullah saw, manusia yang paling disayang Rasulullah. Siapa? Sayyidatuna Fatimah Azzahra radiyallahu anha. Ini haditsnya baru kita baca. “Fatimah badh’atun minniy..” Putriku Fatimah itu belahan dari tubuhku. Tapi Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari lebih menekankan kepada belahan jiwaku. Maksudnya yang paling kucintai. “..aghdhabaniy man aghdhabaha” siapapun yang membuatnya marah akan membuatku marah.

Kalimatnya sangat singkat, tapi kalau kita perdalam maknanya Rasulullah itu tidak pernah marah untuk dirinya. Rasulullah itu marah hanya karena Allah saja semata. Kalau sudah urusan haknya Allah, baru Rasul saw marah. Berarti orang yang menyinggung perasaan Sayyidatuna Fatimah Azzahra berurusan dengan kemurkaan Allah. “..faman aghdhabaha aghdhabaniy” yang membuatnya marah akan membuatku marah. Ini adalah satu isyarat daripada hadits Nabi saw, betapa cinta Allah kepada Sayyidatuna Fatimah Azzahra, sehingga Rasul murka dengan orang yang membuat Sayyidatuna Fatimah Azzahra marah.

Ketika Sayyidina Ali bin Abi Tholib kw mengirimkan istrinya yaitu Sayyidatuna Fatimah Azzahra, karena tidak tega melihat Sayyidatuna Fatimah tangannya ini luka – luka karena menumbuk padi sendiri, menumbuk gandum sendiri untuk makanan anak – anaknya Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein. Tangan yang demikian lembut mulai tergores – gores dan berdarah.

Sayyidina Ali bin Abi Tholib tidak tega, kalau begitu coba minta pada Rasulullah khadim. “Banyak koq yang mau berkhadim kepada kita”, kata Sayyidina Ali bin Abi Tholib. Sayyidatuna Fatimah datang kepada Rasul saw. Rasulullah berdiri, disini dalil. Diriwayatkan didalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari oleh Imam Ibn Hajar Al Asqalani bahwa Rasul itu berdiri untuk menyambut Sayyidatuna Fatimah Azzahra, teriwayatkan dalam banyak hadits shahih. Ini dalil berdirinya kita untuk orang yang kita cintai. Rasulullah datang, Sayyidatuna Fatimah berdiri.

Sayyidatuna Fatimah meminta khadim (pembantu) kepada Ayahnya. Ayahnya berkata “ya Fatimah, kuajarkan kau bacaan dan itu lebih baik daripada pembantu”, Sayyidatuna Fatimah berkata “koq bacaan wahai Ayah?”, Rasul berkata “sebelum kau tidur baca Subhanallah 33X, Alhamdulillah 33X, Allahu Akbar 33X dan akhiri dengan Lailahailallah wahdahu laa syarikalah lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumiitu wa huwa a’laa kulli syaiin qadir, lalu tidurlah. Kau bangun pasti akan lebih segar tubuhmu” (Shahih Bukhari),

Sekilas kita mengatakan bahwa ini adalah perbuatan yang sedikit kejam. Orang minta pembantu malah diberi dzikir, tetapi hadirin ini mujarab. Kalian pulang dari sini boleh coba, tubuh yang sedang lelah dan lesu, coba sebelum tidur membaca Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, masing – masing 33X dan akhiri dengan Lailahailallah wahdahu laa syarikalah.., lalu tidur dan lihat bangunmu tidak sama dengan bangun yang tanpa dzikir. Ada 1 kenasaban, ada rahasia kekuatan Illahiyah masuk kedalam sel – sel tubuhmu.

Demikian Sang Nabi saw mengajari untuk Sayyidatuna Fatimah Azzahra. Wasiat beliau saw kepada putrinya dan Rasul saw tidak memberikan khadim (pembantu). Kejam sekali Rasul yang mempunyai banyak khadim. Sahabat diberi khadim 5, yang ini dikasih khadim 10.

Sementara putrinya tidak diberi khadim. Kenapa? karena makanan yang dibuat dengan tangan ibunya sendiri lebih berkah daripada makanan yang dibuat tangan pembantu. Kalau anak makanannya dari tangan ibunya jauh lebih berhak dan lebih berkah daripada anak yang diberi makan dari tangan pembantunya. Dari kasih sayangnya, dari dzikirnya, apalagi Sang Ibu ini Sayyidatuna Fatimah Azzahra radiyallahu anha. Rasul tidak mau makanan Sayyidina Hasan wal Husein dicampuri tangan pembantu.

Cukup tangan ibunya Sayyidatuna Fatimah Azzahra karena Rasulullah tahu dari keturunan Sayyidina Hasan wal Husein akan muncul puluhan ribu wali Allah yang akan mengislamkan Barat dan Timur. Ibunda dari semua Habaib yang ada di permukaan bumi. Maka Rasul tidak mau ada tangan pembantu ikut makan daripada makanan Sayyidina Hasan wal Husein radiyallahu anhum. Demikian hadirin – hadirat, indahnya tarbiyah Sang Nabi saw.

Sumber Habib Munzir Al Musawwa at http://majelisrasulullah.org

Read More...

Bagaimana Agar Mencintai Nabi shallallahu alaihi wasalam?

a. Hendaknya kita ingat bahwa Nabi shallallahu alaihi wasalam adalah orang yang paling baik dan paling berjasa kepada kita, bahkan hingga dari orang tua kita sendiri. Beliaulah yang mengeluarkan kita dari kege-lapan kepada cahaya, yang menyampai-kan agama dan kebaikan kepada kita, yang memperingatkan kita dari kemungkaran. Dan kalau bukan karena rahmat Allah yang mengutus beliau shallallahu alaihi wasalam, tentu kita telah tenggelam dalam kesesatan.
b. Renungkanlah perjalanan hidup Nabi shallallahu alaihi wasalam, jihad dan kesabarannya serta apa yang beliau korbankan demi tegaknya agama ini, dalam menyebarkan tauhid serta memadamkan syirik, sungguh suatu upaya yang tidak bisa dijangkau oleh siapapun.
c. Renungkanlah keagungan akhlak Nabi shallallahu alaihi wasalam, sifat dan sikapnya yang sempurna, rendah hati kepada kaum mukminin dan keras terhadap orang-orang munafik dan musyrikin, pemberani, dermawan dan penyayang. Cukuplah sanjungan Allah atas beliau shallallahu alaihi wasalam:
“Dan sungguh engkau memiliki akhlak yang agung”.
d. Mengetahui kedudukan beliau shallallahu alaihi wasalam di sisi Allah Ta’ala. Beliau shallallahu alaihi wasalam adalah orang yang paling mulia di antara segenap umat manusia, penutup para Nabi, yang diistimewakan pada hari Kiamat atas segenap Nabi untuk memberikan syafa’at uzhma (agung), yang memiliki maqam mahmud (kedudukan terpuji), orang yang pertama kali membuka pintu Surga serta berbagai keutamaan beliau lainnya. .
Posted by Forum Kajian Islam Al-Atsary
(Disadur dari Abu Okasha)

Read More...

Tanda-tanda Cinta Rasul saw

Cinta Nabi shallallahu alaihi wasalam tidaklah berupa kecenderungan sentimentil dan romantisme pada saat-saat khusus, misalnya dengan peringatan-peringatan tertentu. Cinta itu haruslah benar-benar murni dari lubuk hati seorang mukmin dan senantiasa terpatri di hati. Sebab dengan cinta itulah hatinya menjadi hidup, melahirkan amal shalih dan menahan dirinya dari kejahatan dan dosa.
Adapun tanda-tanda cinta sejati kepada Rasul shallallahu alaihi wasalam adalah:
a. Mentaati beliau shallallahu alaihi wasalam dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Pecinta sejati Rasul shallallahu alaihi wasalam manakala mendengar Nabi shallallahu alaihi wasalam memerintahkan sesuatu akan segera menunaikannya. Ia tak akan meninggalkannya meskipun itu bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsunya. Ia juga tidak akan mendahulukan ketaatannya kepada isteri, anak, orang tua atau adat kaumnya. Sebab kecintaannya kepada Nabi shallallahu alaihi wasalam lebih dari segala-galanya. Dan memang, pecinta sejati akan patuh kepada yang dicintainya.
Adapun orang yang dengan mudah-nya menyalahi dan meninggalkan perintah-perintah Nabi shallallahu alaihi wasalam serta menerjang berbagai kemungkaran maka pada dasarnya dia jauh lebih mencintai dirinya sendiri. Sehingga kita saksikan dengan mudahnya ia meninggalkan shalat lima waktu, padahal Nabi shallallahu alaihi wasalam sangat mengagungkan perkara shalat, hingga ia diwasiatkan pada detik-detik akhir sakaratul mautnya. Dan orang jenis ini, akan dengan ringan pula melakukan berbagai larangan agama lainnya. Na’udzubillah min dzalik.
b. Menolong dan mengagungkan beliau shallallahu alaihi wasalam. Dan ini telah dilakukan oleh para sahabat sesudah beliau wafat. Yakni dengan mensosialisasikan, menyebarkan dan mengagungkan sunnah-sunnahnya di tengah-tengah kehidupan umat manusia, betapapun tantangan dan resiko yang dihadapinya.
c. Tidak menerima sesuatupun perintah dan larangan kecuali melalui beliau shallallahu alaihi wasalam, rela dengan apa yang beliau tetapkan, serta tidak merasa sempit dada dengan sesuatu pun dari sunnah-nya. Adapun selain beliau, hingga para ulama dan shalihin maka mereka adalah pengikut Nabi shallallahu alaihi wasalam. Tidak seorang pun dari mereka boleh diterima perintah atau larangannya kecuali berdasarkan apa yang datang dari Nabi shallallahu alaihi wasalam.
d. Mengikuti beliau shallallahu alaihi wasalam dalam segala halnya. Dalam hal shalat, wudhu, makan, tidur dsb. Juga berakhlak dengan akhlak beliau shallallahu alaihi wasalam dalam kasih sayangnya, rendah hatinya, kedermawanannya, kesabaran dan zuhudnya dsb.
e. Memperbanyak mengingat dan shalawat atas beliau shallallahu alaihi wasalam . Mengharapkan bisa mimpi melihat beliau, betapapun harga yang harus dibayar. Dalam hal shalawat Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda:
“Barangsiapa bershalawat atasku sekali, niscaya Allah bershalawat atasnya sepuluh kali.” (HR. Muslim).
Adapun bentuk shalawat atas Nabi shallallahu alaihi wasalam adalah sebagaimana yang beliau ajarkan. Salah seorang sahabat bertanya tentang bentuk shalawat tersebut, beliau menjawab:
“Ucapkanlah:(Ya Allah, bershalawatlah atas Muhammad dan keluarga Muhammad).” (HR. Al-Bukhari No. 6118, Muslim No. 858).
f. Mencintai orang-orang yang dicintai Nabi shallallahu alaihi wasalam . Seperti Abu Bakar, Umar, Aisyah, Ali radhiallahu anhum dan segenap orang-orang yang disebutkan hadits bahwa beliau shallallahu alaihi wasalam mencintai mereka. Kita harus mencintai orang yang dicintai beliau dan membenci orang yang dibenci beliau shallallahu alaihi wasalam . Lebih dari itu, hendaknya kita mencintai segala sesuatu yang dicintai Nabi, termasuk ucapan, perbuatan dan sesuatu lainnya.
Posted by Forum Kajian Islam Al-Atsary
(Disadur dari Abu Okasha)

Read More...

Kewajiban Mencintai Rasulullah saw

Dari Anas radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasalam, bahwasanya beliau shallallahu alaihi wasalam bersabda:
“Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.” (Muttafaq Alaih)
Hadits shahih di atas adalah dalil tentang wajibnya mencintai Nabi shallallahu alaihi wasalam dengan kualitas cinta tertinggi. Yakni kecintaan yang benar-benar melekat di hati yang mengalahkan kecintaan kita terhadap apapun dan siapapun di dunia ini. Bahkan meskipun terhadap orang-orang yang paling dekat dengan kita, seperti anak-anak dan ibu bapak kita. Bahkan cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam itu harus pula mengalahkan kecintaan kita terhadap diri kita sendiri.
Dalam Shahih Al-Bukhari diriwayatkan, Umar bin Khathab radhiallahu anhu berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wasalam :
“Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu selain diriku sendiri.” Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di TanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri’. Maka Umar berkata kepada beliau, ‘Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.’ Maka Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Sekarang (telah sempurna kecintaanmu/ imanmu padaku) wahai Umar.”
Karena itu, barangsiapa yang kecintaannya kepada Nabi shallallahu alaihi wasalam belum sampai pada tingkat ini maka belumlah sempurna imannya, dan ia belum bisa merasakan manisnya iman hakiki sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Anas radhiallahu anhu , dari Nabi shallallahu alaihi wasalam , beliau bersabda:
“Ada tiga perkara yang bila seseorang memilikinya, niscaya akan merasakan manisnya iman, ‘Yaitu, kecintaannya pada Allah dan RasulNya lebih dari cintanya kepada selain keduanya……”
Kenapa Cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam ?
Tidak akan mencapai derajat kecintaan kepada Rasul shallallahu alaihi wasalam secara sempurna kecuali orang yang mengagungkan urusan din (agama)nya, yang keinginan utamanya adalah merealisasikan tujuan hidup, yakni beribadah kepada Allah Ta’ala. Dan selalu mengutamakan akhirat daripada dunia dan perhiasannya.
Cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam inilah dengan izin Allah menjadi sebab bagi kita mendapatkan hidayah (petunjuk) kepada agama yang lurus. Karena cinta Rasul pula, Allah menyelamatkan kita dari Neraka, serta dengan mengikuti beliau shallallahu alaihi wasalam kita akan mendapatkan keselamatan dan kemenangan di akhirat.
Adapun cinta keluarga, isteri dan anak-anak maka ini adalah jenis cinta duniawi. Sebab cinta itu lahir karena mereka memperoleh kasih sayang dan manfaat materi. Cinta itu akan sirna dengan sendirinya saat datangnya Hari Kiamat. Yakni hari di mana setiap orang berlari dari saudara, ibu, bapak, isteri dan anak-anaknya karena sibuk dengan urusannya sendiri. Dan barangsiapa lebih mengagungkan cinta dan hawa nafsunya kepada isteri, anak-anak dan harta benda duniawi maka cintanya ini akan bisa mengalahkan kecintaannya kepada para ahli agama, utamanya Rasul shallallahu alaihi wasalam .
Posted by Forum Kajian Islam Al-Atsary
(Disadur dari Abu Okasha)

Read More...

Dahsyatnya Shalawat!!!

Shalawat dan salam marilah kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw dan keluarga, sahabat-sahabat serta para pengikutnya.
Sabda Nabi Muhammad Saw: “Empat perbuatan termasuk perbuatan yang tidak terpuji, yaitu (1) bila seseorang buang air kecil sambil berdiri, (2) seseorang yang mengusap dahinya sebelum selesai dari shalat, (3). Seseorang yang mendengar adzan tetapi ia tidak menirukan seperti yang diucapkan muadzin, (4) seseorang yang apabila mendengar namaku disebut, tetapi ia tidak membacakan shalawat atasku” (HR. Bazzar dan Tabhrani).
Dalam ibadah sehari-hari, sebenarnya ada sebuah perbuatan ringan yang apabila kita lakukan mendatangkan akibat yang maha dahsyat, dan apabila kita tinggalkan maka kita termasuk golongan orang yang tidak berbalas budi.
Pada saat kita telah diberi bantuan oleh orang lain, sudahlah pasti akan mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, atau mungkin mengucapkan doa untuk kebaikannya. Begitu pula dengan Rasulullah Saw yang telah mengeluarkan kita dari lembah kegelapan menuju alam terang benderang, maka sudahlah pantas bagi kita untuk selalu mengucapkan sholawat dan salam atas beliau, sebagai ungkapan rasa terima kasih dan kecintaan kita atas segala jasa dan perjuangan yang tak tertandingi di alam jagad ini. Dalam ibadah-ibadah lain, Allah Swt memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk mengerjakannya, namun khusus dalam perintah membaca shalawat, Allah Swt menyebutkan bahwa Allah sendiri bershalawat atasnya, kemudian memerintahkan kepada malaikatNya, baru kemudian pada orang-orang yang beriman untuk bershalawat atasnya. Dengan hal ini semakin menunjukkan bahwasanya melakukan shalawat atas Nabi muhammad saw, tidak cuma sekedar ungkapan terima kasih, tetapi ia juga menjadi ibadah yang utama.
Bila kita ingin mengetahui bahwa shalawat termasuk ibadah yang utama, maka perhatikan dan renungkan firman Allah Swt dalam al-Quran: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya, bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab 56).
Dari ayat tersebut kita mengetahui, Allah Swt saja sang Pencipta jagad raya dan mahkluk seluruh dunia termasuk diri kita yang kecil ini, mau bershalawat terhadap Nabi Muhammad Saw, dan juga para malaikat yang telah dijamin tak akan berbuat kesalahan turut bershalawat terhadap nabi, mengapa diri kita yang telah diselamatkan beliau masih melupakan ibadah yang teramat mulia ini. Sesungguhnya perbuatan seseorang menunjukkan pada perangai dirinya.
Shalawat adalah sebuah ibadah yang tidak berbatas alam, jarak ataupun waktu. Artinya bila diucapkan maka akan menembus alam langit yang sangat jauh, didengar para malaikat, lalu turut menyampaikan doa bagi manusia yang mengucapkannya, dan menembus Alam kubur menyampaikan salam yang diucapkan manusia kepada Nabi Muhammad Saw.
Nabi Saw bersabda: “Tidak ada salah seorang di antara kamu yang mengucapkan salam kepadaku sesudah aku mati melainkan malaikat jibril datang kepadaku seraya mengucapkan: ‘wahai Muhammad, ini Fulan bin Fulan mengucapkan salam untukmu, maka aku menjawab: “dan atasnya salam dan rahmat serta berkah dari Allah”. (HR. Abu Daud).
Lalu apa fadhilah mengucapkan shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw? Ada beberapa riwayat dari hadist Rasulullah Saw, Atsar sahabat Radiallahu anhum dan pengalaman beberapa ulama yang mengisyaratkan imbalan bagi mereka yang mau bershalawat.
1). Shalawat membersihkan dosa
Sabda Nabi Saw:“bacalah shalawat atasku karena sesungguhnya shalawat atasku membersihkan dosa-dosamu, dan mintalah kepada Allah untukku wasilah”. Para sahabat bertanya: “apakah wasilah itu?” beliau menjawab: “derajat yang paling tinggi di sorga yang hanya seorang saja yang akan memperolehnya dan aku berharap semoga akulah orang yang memperolehnya”.
2). Shalawat berpahala sepuluh rahmat Allah dan menghapus sepuluh kesalahan
Sabda Nabi Saw: “barangsiapa yang membaca shalawat atasku satu shalawat maka Allah akan menurunkan sepuluh rahmat kepadanya dan menghapus sepuluh kesalahannya” (HR. Nasai).
3). Dikabulkan hajat di dunia dan akhirat
Sabda beliau Saw: “barangsiapa yang membacakan shalawat untukku pada suatu hari seratus kali, maka Allah akan memenuhi seratus hajatnya, 70 di antaranya nanti di akhirat dan 30 di dunia. (Kitab Jam’ul Jawami’, Hal: 796).
4). Terangkatnya derajat manusia
Sabda beliau Saw: “barangsiapa di antara umatku yang membacakan shalawat atasku satu kali dengan ikhlas dari lubuk hatinya, maka Allah menurunkan sepuluh rahmat kepadanya, mengangkat sepuluh derajat kepadanya, dan menghapus sepuluh kesalahan”. (HR. Nasai).
5). Menjadikan doa cepat terkabul
Bahwasanya Umar bin Khattab Ra berkata: “Saya mendengar bahwa doa itu ditahan diantara langit dan bumi, tidak akan dapat naik, sehingga dibacakan shalawat atas nabi Muhammad Saw”. (Atsar Hasan, Riwayat Tirmidzi).

Ada sebuah cerita, bahwasanya ulama besar Sufyan ats Tsauri sedang thawaf mengelilingi ka’bah dan melihat seseorang yang setiap kali mengangkat kaki dan menurunkannya senantiasa membaca shalawat atas nabi.
Sufyan bertanya: “Sesungguhnya engkau telah telah tinggalkan tasbih dan tahlil, sedang engkau hanya melakukan shalawat atas Nabi. Apakah ada bagimu landasan yang khusus? Orang itu menjawab: “Siapakah engkau? Semoga Allah mengampunimu.
Sufyan menjawab: “Saya adalah sufyan ats tsauri”. Orang itu berkata: “seandainya kamu bukanlah orang yang istimewa di masamu ini niscaya saya tidak akan memberitahukan masalah ini dan menunjukkan rahasiaku ini”.
Kemudian orang itu berkata kepada sufyan: “sewaktu saya mengerjakan haji bersama ayahku, dan ketika berada di dekat kepalanya ayahku meninggal dan mukanya tampak hitam, lalu saya mengucapkan “innalillah wa inna ilahi rajiun” dan saya menutup mukanya dengan kain.
Kemudian saya tertidur dan bermimpi, dimana saya melihat ada orang yang sangat tampan, sangat bersih dan mengusap muka ayahku, lalu muka ayahku itu langsung berubah menjadi putih. Saat orang yang tampan itu akan pergi, lantas saya pegang pakaiannya sambil bertanya: “wahai hamba Allah siapakah engkau? Bagaimana lantaran kamu Allah menjadikan muka ayahku itu langsung berubah menjadi putih di tempat yang istimewa ini?. Orang itu menjawab: “apakah kamu tidak mengenal aku?
Aku adalah Muhammad bin Abdullah yang membawa al-Quran. Sesungguhnya ayahmu itu termasuk orang yang melampaui batas (banyak dosanya) akan tetapi ia banyak membaca shalawat atasku. Ketika ia berada dalam suasana yang demikian, ia meminta pertolongan kepadaku, maka akupun memberi pertolongan kepadanya, karena aku suka memberi pertolongan kepada orang yang banyak memperbanyak shalawat atasku”. Setelah itu saya terbangun dari tidur, dan saya lihat muka ayahku berubah menjadi putih. (Dari Kitab: Tanbihun Ghofilin, as-Samarqhondi, hal: 261).
Begitu dahsyatnya balasan shawalat terhadap Nabi Saw. sehingga bagi siapapun yang mengucapkannya akan melibatkan Allah, para malaikat dan Nabi Muhammad Saw langsung membalasnya, tidak cuma balasan pahala, imbalan atau keselamatan di akhirat, tetapi juga mendapat syafaat dari Nabi Muhammad Saw.
Orang yang mendengar shalawat atas nabi, tetapi tidak menjawabnya lalu ia meninggal dan masuk neraka, maka Allah menjauhkan dari RahmatNya.
Sabda Nabi: “Jibril datang kepadaku dan berkata: “wahai Muhammad, barangsiapa yang mendapatkan bulan ramadhan namun ia tidak diampuni dosanya, lalu ia mati dan masuk neraka, maka Allah akan menjauhkan dari RahmatNya. Aku menjawab: “amin”. Jibril berkata lagi: “barangsiapa yang masih bertemu dengan kedua orangtuanya atau salah satu diantaranya kemudian tidak berbuat baik pada orang tuanya, lalu mati dan masuk neraka, maka Allah menjauhkan dari rahmatNya. Aku menjawab: “Amin”. Jibril berkata lagi: “barangsiapa yang disebutkan namamu (muhammad) namun ia tidak membacakan shalawat lalu ia mati dan masuk neraka, maka Allah menjauhkan dari rahmatNya. Aku mengucapkan “Amin”. (HR. Ibnu Hibban).
Ucapkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad Saw, disaat kita senggang, disaat akan menggubah posisi kegiatan kita, disaat kapanpun, dimanapun selagi kita mampu. Dan bila ada yang mengucapkan shalawat maka jawablah.Jangan lupakan shalawat, karena bila kita lupa berarti kita telah melupakan seseorang yang telah menunjukkan kita kejalan yang lurus yaitu Nabi Muhammad Saw. bila kita telah melupakan shalawat berarti kita telah melupakan dan keliru dari jalan yang seharusnya kita tempuh menuju sorga.
“barangsiapa yang lupa membaca shawalat atasku, berarti ia telah keliru dari jalan ke sorga” (HR. Ibnu majah).
Sumber http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/component/content/
article/22-pengajian/1255-dahsyatnya-sholawat

Read More...

11 April 2009

Rasulullah saw Selalu Mendahulukan yang Kanan

Imam An-Nawawi berkata, “Disukai mendahulukan sebelah kanan pada setiap perbuatan yang termasuk dalam bab pemuliaan. Seperti misalnya; wudhu, mandi janabah, tayamum, mengenakan pakaian dan celana, memakai sandal dan sepatu, masuk mesjid, bersiwak (menggosok gigi), memakai celak, memotong kuku, mencukur kumis, mencabut bulu ketiak, memotong rambut kepala, mengucapkan salam diakhir shalat, makan, minum, bersalaman, mengusap hajar aswad, keluar dari kamar mandi, memberi dan sebagainya.” (Riyadh Ash-Shalilin)

Sebaliknya, disukai mendahulukan sebelah kiri untuk hal-hal sebaliknya. Misalnya; membuang ingus dan air ludah kesebelah kiri, keluar rumah, melepaskan sandal dan sepatu, serta pakaian dan selanah istinja’, membersihkan hadats, dan seterusnya.
“Adalah Nabi saw, beliau senang mendahulukan sebelah kanan dalam semua urusannya. Dalam bersucinya, bersisirnya, dan memakai sandalnya” (Muttafaq Alaih)
“Apabila kalian berpakaian, dan jika kalian berwudhu, maka mulailah dari sebelah kanan kalian.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Read More...

Derasnya Rindu yang Terus Menghujaniku











Rabb… hamba lemahmu ini makin rapuh,
Tak kuasa menahan rasa,
Terpaku memendam rindu,
katakanlah pada Raqib,
Jangan pernah dia tulis rasaku ini sebagai kebaikan,
Karena bukan surga yang kuharapkan berbuah dari rasa ini,
Sampaikanlah pada Atid,
Jangan pernah dia simpan sakit ini sebagai kejahatan,
Karena bukan jahannam yang kutakuti dari sakitku ini,
Hanya sebuah pertemuan dengan beliau shalallahu alaihi wassalam yang kuinginkan,
Wahai seluruh penduduk langit,
Bantulah aku hingga lidah ini tak kering berucap shalawat,
Dibawah derasnya rindu yang terus menghujaniku.

Purwokerto, 31 07 07 20 48

Read More...

Rambut Rasulullah saw

Dari Aisyah ra berkata, “Aku mandi bersama Rasulullah saw dari satu tempat mandi, dan beliau mempunyai rambut diatas kedua pundak dan dibawah daun telinga.”
Dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Rasulullah saw menguraikan rambut beliau, orang-orang musyrik membelah dua rambut mereka dan Ahlul Kitab mengurai rambut mereka. Rasulullah saw lebih suka mengikuti Ahlul Kitab. (sebelum ada perintah tertentu mengenai sesuatu) tetapi kemudian Rasulullah saw membelah dua rambut beliau.”

Read More...