RINDU KAMI PADAMU YA RASUL, PENUHILAH SELURUH BILIK KERINDUAN KAMI DENGAN SYAFAAT CINTAMU RINDU RASULKU: Bapak Plesiden (Bagian III/Akhir)

08 Maret 2009

Bapak Plesiden (Bagian III/Akhir)

Bunda mencoba meresapi ayat kesebelas ini, namun konsentrasinya buyar ketika ia sadar Afifah sudah bangun dan kini duduk manja bersender kepangkuannya. Bunda menutup mushaf Al-Qur’annya dengan shadaqallauladzim.
“Wah… bidadari bunda sudah bangun ya!”
Afifah tidak menjawab, ia malah tersenyum sumringah menatap bunda.
“Kenapa sayang? Sepertinya Afifah lagi senang ya!”
Afifah menganggukkan kepalanya masih dengan senyuman yang lucu mempesona siapapun yang melihatnya.
“Boleh bunda tau kenapa?”
“Tadi Afifah ketemu sama bapak Plesiden!”
Bunda menanggapi jawaban anaknya itu dengan respon yang biasa-biasa saja.
“Kapan Afifah ketemu sama bapak Presiden?”
“Balusan dalam mimpi!”
Bunda sedikit mengerutkan dahinya.
“Tau dari mana kalau yang Afifah liat dimimpi itu bapak Presiden?”
“Bapak Plesiden sendili yang ngasih tau sama Afifah!”
Anakku mimpi ketemu sama Presiden Soeharto? Aku ga yakin, Afifah mana tau nama Presiden Indonesia. Bunda bergumam dalam hatinya.
“Emang siapa nama bapak Presiden itu?”
Afifah mengerutkan keningnya, disusul kemudian dengan garuk-garuk kepala, sesaat dia mengetuk-ngetukkan telunjuk kanan ke kepalanya, meniru gaya bapaknya kalau sedang berfikir.
“Aduh… Afifah lupa Bunda!”
Afifah kembali menggaruk-garuk kepalanya, padahal kepalanya itu tidak gatal sama sekali.
“Namanya… siapa ya? Tadi Afifah inget kok, bapak Plesiden bisikkin namanya ketelinga Afifah, lalu nyium kening Afifah”
Bunda tersenyum menyaksikan tingkah anak kesayangan satu-satunya itu.
“Oh iya… tadi malam bunda ngajalin Afifah bacaan shalawat kan!”
Bunda mengangguk.
“Coba deh bunda bacain lagi shalawatnya.”
“Emang Afifah lupa bacaan shalawatnya?”
Afifah tersenyum sembari kembali menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Allahumma shalli wa sallim ala sayyidina Muhammad”
“Ya… Ketemu!”
Afifah setengah berteriak senang hingga mengagetkan bunda.
“Afifah ingat nama bapak Plesidennya bunda!”
Bunda tersenyum sembari membelai rambut Afifah.
“Coba kasih tau bunda siapa nama bapak Presiden yang katanya berani nyium kening Afifah?”
“Namanya Muhammad!!!”
Mendengar jawaban Aififah, mata Bunda terbelalak dan seketika itu terlinanglah air yang berontak memaksa untuk keluar, bulu kuduknya berdiri, Bunda langsung memeluk tubuh mungil Afifah, batinnya semakin menjerit ketika ia teringat dengan hadist yang menyebutkan: “Barangsiapa melihatku (Rasulullah) dalam mimpi, maka ia sesungguhnya telah melihatku dengan sebenarnya, kerena setan tidak mampu menyerupaiku”
Tangis Bunda akhirnya pecah juga karena tak kuasa menahan kenikmatan yang diucapkan bibir mungil anaknya yang menyulamkan kerinduan yang sangat dalam hatinya akan perjumpaan dengan Rasulullah Muhammad saw.
“Bunda… kenapa Bunda nangis, bunda ga suka sama jawaban Afifah ya?”
Bunda tidak langsung menjawab, ia sejenak mencoba menata perasaannya, sekuat tenaga memaksakan tangisnya untuk berhenti, mengelap air mata yang membasahi pipi putihnya dan tersenyum anggun memandang Afifah.
“Tubuhmu sungguh wangi sayang… bapak Presiden bilang apa lagi sama Afifah?”
“Pas bapak Plesiden mau pelgi ninggalin Afifah, Afifah tanya bapak Plesiden mau kemana? Bapak Plesiden jawab katanya mau kesulga, Afifah bilang pengen ikut, bapak Plesiden bilang nanti belum saatnya, terus Afifah bilang lagi kalau gitu mintain izin sama Allah, Afifah pengen masuk kesulga nanti supaya bisa ketemu lagi sama bapak Plesiden, bapak Plesiden senyum sama Afifah, telus nganggukkin kepalanya dan bilang nanti disampaikan, Bunda… bapak Plesiden itu ganteng ya!”

***

(Purwokerto, Senin 12 Rabiul Awal 1430 H / 9 Maret 2009, 03.00. Sungguh Afifah telah jatuh cinta kepadamu ya Rasul Allah, padahal ia baru pertama kali bertemu denganmu, padahal ia sendiri belum mengerti apa itu cinta dan rindu, Ya Rabb, diusianya yang belum menginjak tahun keenam, Engkau telah memberikan hadiah terindah yang takkan pernah ia lupakan selama hayatnya, hadiah untuk cinta tulusnya pada kekasih-Mu Al-Musthafa Al-Amin, Cinta yang bisa merubah jalan hidup siapapun untuk menjadi lebih berarti, cinta yang takkan pernah mengecewakan pencintanya. Rasul-Mu datang dimimpinya gadis sekecil bernama Afifah, tidak dimimpi Bundanya, tidak dimimpi Bapaknya pun tidak pula datang kemimpiku, adakah yang salah dengan cinta kami pada Rasul-Mu, padahal kami sudah lebih dahulu mengenal beliau saw, sedangkan Afifah baru mengenalnya tadi malam, bahkan saat inipun mama kekasih-Mu itu lupa dari ingatannya, padahal kami lebih dulu dan lebih banyak membacakan shalawat untuk kekasih-Mu saw, sedangkan Afifah baru membacakan shalawatnya tadi malam menjelang Engkau tidurkan ia, adakah yang salah dengan cinta Bunda, cinta Bapak dan cintaku? Wallahu’alam bissawab.)

TAMAT

0 give your comments at here:

Posting Komentar